Penemuan Air Teluk Jakarta Yang Tercemar Dengan Parasetamol, Berikut Penjelasannnya

Jakarta - Temuan kandungan parasetamol berkonsentrasi tinggi di muara Angke dan Ancol membuat masyarakat bertanya-tanya, dari mana sumbernya?

Peneliti yang terlibat dalam studi yang terbit di jurnal Science Direct pada Agustus 2021 hanya bisa mengungkap dugaan sumbernya berdasar telaah kajian ilmiah yang pernah dilakukan sebelumnya "Kita tidak melakukan penelitian dari mana sumbernya.

Tapi secara teori, ada banyak sumber yang bisa mencemari teluk Jakarta dengan paracetamol,"ungkap Prof. Dr. Zainal Arifin, Peneliti Oseanografi BRIN dalam Webinar berjatuk Limbah Farmasetika di Perairan Teluk Jakarta, Senin (4/10/2021).

"Kita peneliti hampir setuju bahwa 60-70 persen pencemaran di laut sumbernya datang dari daratan atau antropogenik (dilakukan manusia),"imbuh Zainal. Dalam kasus pencemaran air di Muara Angke dan Ancol oleh parasetamol kemungkinan besar berasal dari Jabodetabek.

Dugaan pertama, bisa karena gaya hidup masyarakat. Sebagai contoh, obat-obatan kadaluarsa atau rusak dibuang sembarangan. Dugaan kedua, instalasi pembuangan air limbah yang tidak optimal. Zainal menjelaskan, parasetamol tidak bisa terendapkan oleh jaring limbah yang saat ini digunakan.

Ini artinya, kita memerlukan inovasi teknologi baru untuk menangani masalah tersebut. Sementara itu, Dr. Wulan Koaguow yang juga Peneliti Oseanografi BRIN dan terlibat dalam penelitian menambahkan bahwa sebenarnya semua obat-obatan bisa menjadi kontaminan lingkungan.

Dan parasetamol merupakan salah satu arising pollutants atau sangat berisiko mencemari lingkungan. "Tentu saja, sumber dari mana asal parasetamol yang kami sebutkan masih dugaan. Maksud kami dugaan, kami mengacu berdasar telaah pustaka yang ada.

Itu bukan data kami. Oleh sebab itu diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui sumbernya,"ungkap Wulan di kesempatan yang sama.

Telaah studi sebelumnya

Mengutip penelitian tahun 2001 yang disebutkan dalam paparan peneliti di jurnal Scientific research Straight, disebutkan bahwa ada 13 sungai yang mengalir di kota Jakarta dan mengalirkan airnya ke Teluk Jakarta.

Dengan demikian, Teluk Jakarta menerima limbah dari lebih dari 10 juta penduduk. Kemudian di tahun 2015 ada penelitian yang menyebut bahwa 75 persen air limbah di Jakarta tidak diolah dengan baik, yakni langsung dibuang ke aliran sungai atau saluran terbuka.

Hal ini mengakibatkan ekosistem laut di Teluk Jakarta terancam. Pada tahun 2009 dilaporkan adanya penurunan tajam keanekaragaman hayati di sekitar Teluk Jakarta sehubungan dengan aktivitas antropogenik (berkaitan dengan aktivitas manusia).

Di sisi lain, konsumsi obat-obatan farmasi dan stimulan juga digunakan secara intensif oleh manusia selama beberapa dekade terakhir. Parasetamol sendiri adalah salah satu obat pereda nyeri yang paling populer dan mudah didapatkan di pasaran. Konsumsi parasetamol secara global bahkan mencapai ribuan heap per tahun.

Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa parasetamol masih terdeteksi dalam limbah cair dan ditemukan di air laut. Riset tentang pencemaran parasetamol di Rusia, China, dan India sudah dilakukan. Namun AS, Jepang, dan Indonesia belum melakukannya. Dengan kata lain, ini merupakan studi pertama yang melaporkan keberadaan parasetamol (acetaminophen) di perairan pesisir Indonesia.

Penelitian

penelitian ini dilakukan oleh para peneliti dari Institution of Pharmacy and Biomolecular Sciences, College of Brighton, Lewes Road, Brighton, United Kingdom Centre for Aquatic Settings, University of Brighton, Lewes Road, Brighton, UK, dan Research Center for Oceanography, Indonesian Institute of Sciences (LIPI/BRIN).

Mereka adalah Wulan Koagouw, Zainal Arifin, George WJ Olivier, dan Corina Ciocan. Pada 2017, tim peneliti melakukan penyelidikan kontaminan air, termasuk obat-obatan di perairan Indonesia. Data dikumpulkan dari lokasi yang didominasi limbah cair di Indonesia, terdiri atas 4 lokasi di Teluk Jakarta (Muara Angke, Ancol, Tanjung Priok, dan Cilincing) dan satu di pantai Eretan, utara Jawa Tengah.

Peneliti mendeteksi konsentrasi parasetamol yang tinggi di dua lokasi di Teluk Jakarta, yakni di Angke dan Ancol. "Tingkat parasetamol yang dilaporkan di Angke (610 nanogram per liter (ng/L) adalah salah satu konsentrasi tertinggi. Sementara di Ancol konsentrasi parasetamolnya 420 ng/L,"ungkap Zainal.

"Di Tanjung Priok dan Cilincing kami tidak mendeteksi kandungan parasetamol. Kalaupun ada, sangat sedikit hingga tidak terdeteksi,"imbuhnya. Dalam paparannya siang ini, para peneliti menegaskan butuh sinergi dari semua pihak untuk mengatasi persoalan ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Para Astronom Melihat Bintang Raksasa Merah Meledak Setelah Diamati Selama 130 Hari

Temuan Kaki Seribu Sejati Mengejutkan Seorang Peneliti di Australia Barat yang Memiliki 1.300 Kaki

Bahan Yodium Dinilai Lebih Efisien Dibanding Xenon Dan Kripto Yang Sering Digunakan Sebagai Bahan Bakar Roket